Rekamjabar.com (Bandung) – Bank Syariah Indonesia tengah menjadi sorotan media dan perbincangan publik. BSI mengalami masalah pada Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hingga mobile banking sejak Senin 8 Mei lalu dan hingga sekarang belum sepenuhnya pulih.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Jawa Barat Firman Nasution menyebutkan dalam keterangan tertulisnya bahwa Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) harus segera bertindak dalam menumpas kelompok-kelompok penjahat siber.
“Kami berharap BSSN harus segera bertindak dalam melumpuhkan kelompok penjahat siber. Kita hidup di era digital, keamanan data ini penting untuk menyelamatkan rakyat dari kelompok-kelompok yang menyalahgunakannya untuk kejahatan” kata Firman (15/05/2023).
Dari masalah ini, banyak nasabah yang kemudian melaporkan keluhannya dan bahkan ada yang melaporkan dampak kerugian hingga ratusan juta rupiah. Dalam perkembangan kasusnya, terdapat adanya dugaan serangan siber yang dilakukan pihak tertentu terhadap BSI.
Akhir pekan kemarin, kelompok peretas LockBit Ransomware menyebut bahwa mereka adalah pihak yang melakukan penyerangan tersebut. Mereka melakukan peretasan mulai sejak tanggal 8 Mei dan melakukan pencurian data nasabah seperti nama, nomor telepon, alamat, jumlah rekening dan transaksi.
Beberapa pakar siber juga membenarkan kejadian penyerangan ini, salah satunya oleh Teguh Aprianto, pendiri Ethical Hacker Indonesia.
“Total data yang dicuri 1,5 TB. Diantaranya 15 juta data pengguna dan password untuk akses internal dan layanan yang mereka gunakan” terangnya Sabtu (13/05) kemarin.
Menyikapi adanya kasus penyerangan ini, Badko HMI Jawa Barat menilai bahwa kerja sama BSI dengan instansi siber negara harus segera dilakukan untuk mengamankan penyerangan yang menyebabkan kerugian nasabah pengguna bank.
Kontributor: Agus
Editor: Hafidz