Rekamjabar.com (Kuningan) – Ruang Publik Agora membuka first gathering mereka di D’Coffee Quin’s Cigugur pada Jumat (7/4/2023).
Ruang Publik Agora dibentuk sebagai sebuah ruang untuk menjadi bagian dari kelompok yang hendak bergerak untuk mempertahankan nalar publik melalui ruangan diskusi yang diperlukan.
Ketua Umum Ruang Publik Agora, Candrika Adhiyasa mengatakan bahwa melalui Ruang Publik Agora, dirinya mencoba membuat wadah untuk berdialog dengan membahas masalah-masalah sosial.
“Kita mencoba membuka ruangan untuk berdialog, membahas masalah-masalah sosial. Selain itu, program di Agora bukan cuma diskusi, tapi ada juga penelitian, publikasi, dan lain-lain,” ujar Candrika.
Sebagai informasi, Ruang Publik Agora ini berfokus pada pengkajian humaniora yakni berbagai disiplin seperti sosial, budaya, ekonomi, politik, gender, seni, dan lain-lain. Para anggota yang hadir dalam fisrt gathering itu pun memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari pengamat politik, seniman, pendongeng, fotografer, penulis, mahasiswa, dan lain-lain.
Lebih lanjut, Candrika berharap ranah Ruang Publik Agora ini kedepannya tidak hanya berbicara mengenai Kuningan, melainkan bisa berbicara mengenai isu global.
“Harapan, atau mungkin target kami adalah ke depan Ruang Publik Agora ini bisa menjadi ruangan untuk mendalami berbagai masalah sosial-humaniora di Kabupaten Kuningan, tetapi bukan berarti kami hanya akan berbicara tentang Kuningan. Kita coba untuk menjadi universal juga, dan melakukan upaya compare dari lokal ke global,” lanjut Candrika.
Koordinator Bidang Advokasi Ricky Bramantyo menambahkan bahwa melalui Ruang Publik Agora, masyarakat dapat terlibat dalam pecakapan, pembelajaran, dan refleksi mengenai isu dan gagasan baik secara fisik maupun virtual.
“Ruang Publik Agora berupaya menciptakan ruang fisik dan virtual di mana publik dapat terlibat dalam percakapan, pembelajaran, dan refleksi tentang isu dan gagasan. Proyek humaniora kami meliputi beberapa aspek dan program yang berkaitan dengan sejarah, ekonomi, budaya material, seni publik, warisan budaya, politik, bahkan pendidikan, dan kebijakan publik di masyarakat.” kata Ricky
“Saya pikir Ruang Publik Agora ini sangat diperlukan sebagai ruang alternatif untuk komunikasi dan informasi di masyarakat,” tutup Bram (sapaan akrab Ricky Bramantyo).
(Hafidz)