Rekamjabar.com – Arena geopolitik global tidak berhenti memberikan suguhan yang memantik nafsu manusia untuk melahap hidangan-hidangan perpolitikan global dengan cara melihat, memberikan pandangan, dan mengikuti setiap perkembangannya yang begitu dinamis. Sejak adanya satu penguasa dunia yang bisa bebas untuk melakukan apapun dengan aspek-aspek ekonomi, politik, ideologi dan militernya sebagai instrument mengontrol negara-negara di dunia—nampaknya memicu militansi dari negara lain untuk menjadi negara tandingan dalam hal kekuasaan.
Semenjak Amerika Serikat sebagai Negara adidaya yang awalnya tidak memiliki lawan sepadan untuk menghentikan segala aktivitas kendalinya terhadap setiap peristiwa-peristiwa internasional bahkan tidak jarang juga Negara tersebut melakukan intervensi mendalam terhadap suatu negara secara langsung. Pada awal tahun 1944 Negara adidaya terdiri dari dua negara yang memiliki pengaruh yang besar dan kekuatan yang ditakuti oleh negara-negara dunia yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, setelah 69 tahun berdiri pada desember 1991 Uni Soviet rutuh dan disinilah gerbang Amerika sebagai adidaya dimulai. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu terlihat ada beberapa Negara-Negara yang mulai gatal untuk membangun Negaranya menjadi lawan seimbang bagi Amerika Serikat dalam mengontrol dunia, negara tersebut adalah china sang bintang baru dunia.
Pasca Perang Dunia I dan II Amerika Penguasa Dunia Tatanan Dunia Unipolar
11 November 1918 merupakan hari gencatan senjata sebagai pertanda berakhirnya perang dunia pertama yang ditandai dengan perjanjian gencatan senjata “The Armistice” dengan sekutu, jerman akhirnya menyadari posisinya dan Rusia berhasil menjadi pemenang dengan kekalahan dari blok sentral. Perang yang penuh dengan pembantaian serta kehancuran bisa terhentikan. Ternyata, peperangan masih berlanjut setelah meletusnya perang dunia kedua pada tahun 1935 hingga 1945 yang diakhiri pada 2 september 1945 setelah jepang menandatangani surat resmi penyerahan diri di kapang perang Amerika, USS Missouri. Dan pemenang dari perang dunia kedua tersebut adalah Amerika dan Uni Soviet.
Amerika serikat dan unit soviet sebagai kedua negara adidaya pasca perang dunia kedua menjadi competitor dari segala lini, ketegangan diantara keduanya masih terus berlanjut sebelum uni soviet runtuh. Amerika dan unit soviet saling mencuri perhatian dari negara-negara lain untuk mendapatkan pengikut dalam rangka mempertahankan kekuasaanya sebagai pengendali dunia. Akan tetapi persaingan tersebut tidak berjalan begitu lama, karena kondisi ekonomi negara uni soviet berhasil ditaklukan oleh amerika serikat lewat perang ekonomi sehingga unit soviet benar-benar hancur, dan disinilah amerika keluar menjadi satu-satunya negara yang memiliki kekuasaan penuh terhadap dunia.
Bercermin pada sejarah, peristiwa perang dunia pertama dan perang dunia kedua merupakan kulminasi sebelum terjadinya pembelah dunia kedalam beberapa kekuatan-kekuatan yang paling berkuasa dan berpengaruh atau bisa disebut “pemenang”. Tapi tampaknya keadaan geopolitik dunia sedang berada pada situasi untuk melahirkan sesuatu yang baru dan tentu ada bidan yang membantu dalam proses kelahirannya dalam tatanan dunia.
Tatanan dunia merupakan suatu skema dan relasi yang terstruktur antara pelaku-pelaku di level internasional. Setidaknya ada beberapa aspek mendasar dalam tatanan ini, yaitu ekonomi, ideologi, budaya, politik dan militer. Masing-masing dari aspek tersebut terdapat instrument tersendiri yang berkorelasi pada satu pusat kekuasaan tertentu.
Secara ideal operasionalisasi dari aspek-aspek yang demikian dijalankan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai sebuah wadah representative dari negara-negara di dunia yang seharusnya seluruh negara yang bernaung memiliki kekuasaan yang sama-rata tanpa terkecuali. Faktanya peran dari PBB telah terkebiri dari awal pembentuknya karena ada kepentingan negara adidaya didalamnya yang menyebabkan PBB tidak memiliki otoritas independent untuk menjadi tempat perwakilan negara-negara di dunia.
Tiga decade unit soviet runtuh, pemeran tersebut dimainkan oleh hanya satu kutub saja yaitu amerika serikat dan blok baratnya. Dengan dominasi tunggal tanpa ada penyeimbang seperti halnya uni soviet lawan sepadan dalam bidang militer pada waktu, amerika telah melakukan apa saja di dunia tanpa ada yang berani menegur perilaku bernegaranya dipanggung internasional.
Dalam hal ekonomi amerika yang terkuat di dunia sejak berakhirnya perang dunia kedua. Dollar amerika dijadikan mata uang yang digunakan dalam setiap perdagangan antar negara. Sanki ekonomi menjadi permainan amerika untuk menekan negara-negara yang tidak patuh. Lembaga-lembaga internasional yang dibuatnya seperti IMF dan Bank Dunia menjadi alat penting amerika untuk memberikan penekanan pada negara-negara debitur agar tunduk pada skema pasar bebasnya amerika.
Pada bidang politik militer juga jelas, hanya amerika serikat yang memiliki pangkalan militer dan pasukan bersenjata diseluruh dunia, anggaran militer terbaru yang diajukan amerika untuk tahun 2024 sejumlah USD 886 Miliar atau setara dengan Rp. 13.600 Triliun, angka yang fantastis. Berkali-lipat dari anggaran militer rusia sebagai kekuatan militer terkut kedua di dunia. Tidak hanya pangkalan militer, amerika juga memiliki aliansi pertahanan yang dipimpinnya seperti NATO dan AUKUS.
Amerika serikat juga gemar memberikan dakwah soal nilai-nilai ideologis perihal kebebasan individu yang awalnya menyebar dan berlaku di amerika utara, eropa barat, jepang dan korea selatan, sekarang hampir diadopsi oleh separuh dari negara dunia. Juga soal demokrasi, amerika selalu berkampanye soal demokrasi dan banyak menjadikan negara-negara lain untuk menggunakan system pemilu. Data dari Freedom House, di tahun 1970 hanya 45 negara yang menjalankan system pemilu, angka tersebut meningkat drastic menjadi 115 negara di tahun 2001 dan sekarang hampir ada 150 negara yang menggunakan system pemilu. Negara yang tidak mengakui norma tersebut akan dicap otoriter, sudah banyak kasus terjadi negara yang dianggap otoriter karena tidak menjalankan system pemilu, terlebih jika negara tersebut memiliki kandungan sumber daya alam yang diminati oleh amerika.
Kekuasaan tunggal amerika pasca runtuhnya unit soviet merupakan pertanda bahwa tatanan dunia bergerak dalam lingkaran unipiolar dengan diikuti hegemoni barat yang berada dibawah tangan besi amerika. Krisis dan ketidakadilan sosial-ekonomi di dunia menjadi gugatan rutin yang tidak terbantahkan. Keberadaan IMF, PBB, dan WTO patut dipertanyakan manfaat dan relevansinya bagi kehidupan dunia yang lebih layak dan baik. Disisi lain kebangkitan China, Rusia, India dan perubahan dinamika politik amerika latin selama paruh pertama abad-21 memberi tanda tentahg datangnya perubahan tata dunia.
Kebangkitan China Di Abad ke 21 Tatanan Dunia Bipolar
Kita bisa menyaksikan dengan seksama kebangkitan china sebagai hegemon baru yang tidak hanya dikawasan asia, juga pada panggung dunia. Terbukti bahwa china sebagai negara menantang amerika untuk menjadi satu-satunya negara adidaya dan pembuat keputusan dalam system internasional.
Adab ke-21 adalah pembuktian bahwa tatanan dunia sedang bergerak menuju keseimbangan kekuatan, mencegah satu negara melakukan aksi monopoli kekuasaan serta bertindak seperti raksasa yang mampu diimbangi oleh china. Perbedaan garis ideologis dan karakter politik kedua negara tersebut telah mengantarkan pada sebuah alasan mengapa disposisi itu bisa terjadi. Kerjasama ekonomi antara dua hegemon tersebut melanggengkan jalan china memiliki keterlibatan ekonomi dunia,
Hal ini memberikan kekuatan suatu bangsa untuk mempengaruhi amerika dalam pengambilan keputusan, terlebih kehebatan kekuatan militer china yang tumbuh seiring dengan meningkatnya eksistensi ekonomi global bertindak sebagai pencegah intervensi amerika terhadap Taiwan dan pulau-pulau korea.
Kedanti demikian, kebangkitan ekonomi china tidak serta-merta berkontribusi penuh untuk membangun negara adidaya. Ada kombinasi pembangunan yang dijalakan serta diwujudkan dengan apik, yaitu penggabungan hard power yang meliputi ekonomi dan militer sedangkan soft power berhubungan dengan prestise, pengaruh budaya serta tradisi suatu negara.
Dalam konteks actual, strategi geopolitik asia sedang tergugah melalui keberadaan china yang diikuti india dalam panggung global. Pergerseran yang cukup besar telah tampak dari dominasi strategi geopolitik eropa dan amerika latin selama kurun waktu abad-19 dan abad-21 ini.
Dan untuk mempertahankan kekuatan china sebagai negara kekuatan baru maka china membutuhkan tandem sekealigus untuk memperlebar kiprah kekuasaanya. Rusia adalah negara yang tepat untuk dijadikan gandingan, ditambah dengan dibuatnya sebuah Kerjasama antar negara yang didalamnya memiliki keunggulan sumber daya, yaitu aliansi BRICS.
BRICS The New World Order
Istilah dan kemunculan ide dari BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) ini pertama kali dicetuskan oleh Ekonom dari Goldman Sachs Jim O’Niell dalam Global Economics Paper No. 66 dengan judul “Building Better Global Economic BRICS”. Hal tersebut dimaksudkan untuk memtakan perkembangan ekonomi global dalam 50 tahun kedepan sebagai suatu sandaran mana saja negara-negara yang perkonomiannya akan tumbuh dengan cepat.
Faktor-faktor yang menghubungkan BRICS sebagai kekuatan dunia baru adalah adanya sumber daya yang dimiliki dari masing-masing negara didalamnya. Seperti halnya wilayah geografis yang luas, sekitar 30% dari total geografis dunia dimiliki oleh BRICS. Lalu, populasi penduduk yang besar juga, hampir setengah penduduk dunia ada didalam BRICS.
BRICS juga mempunyai seperempat saham di dunia dari produk domestic bruto yang (PDB). Negara BRICS memiiliki cadangan devisa hampir setengah dari cadangan devisa di dunia. Perdagangan antar negara setiap tahunnya terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut bisa menjadi indikasi bahwa BRICS merupakan Kerjasama antar negara yang menjanjikan masa depannya.
Bagi Rusia, BRICS adalah bagian integral dari upaya Rusia untuk mengejar kebijakan multi-polar yang tidak hanya bergantung pada institusi yang didominasi oleh barat. Sedang China, memiliki kepentingan untuk memperlebar dominasi ekonominya. Diikuti oleh india, yang negaranya mengalami kemajuan yang pesat juga dan membutuhkan perlindungan kemanan dari dinamika global. Afrika selatan yang berada ditengah luasnya daratan afrika membutuhkan jalur perdagangan yang mampu meningkatkan perekonomian negaranya.
Ada tujuan ekonomi dan politik yang kental dalam aliansi BRICS, kebijakan ekonomi dan politik yang akan dijalankan oleh BRICS adalah untuk memutus rantai kekuasan amerika terhadap dunia. Karena kedua negara antara Rusia dan China memiliki sejarah garis politik dan ideologi yang Panjang dengan amerika. Maka tidak heran, ketika Langkah kebijakan yang akan diambil pasti akan bersebrangan dengan amerika itu sendiri. Ketika BRICS sebagai sebuah aliansi berjalan sesuai dengan agenda kedua negara besar Rusia dan China, maka dunia akan sampai pada kondisi dunia pasca amerika.
Penulis: Ruslan Sudrajat, S.Sos