Bandung, Rekamjabar – Walikota Bandung, Muhammad Farhan salah menyebut usia perayaan Konferensi Asia Afrika saat mendampingi 17 Duta Besar Uni Afrika yang merupakan negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika dalam agenda Historical Walk Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung , Rabu (23/4/2025).
Dalam kesempatan yang dihadiri oleh 17 Duta Besar negara peserta Konferensi Asia Afrika tersebuta, Farhan mengatakan bahwa agenda ini sebagai salah satu cara untuk memperingati Konferensi Asia Afrika yang ke 55 tahun.
“Hari ini Kota Bandung kedatangan tamu-tamu istimewa bersama Pak Dirjen Hoda, Kemendagri bersama dengan para duta besar dari negara-negara Afrika yang dalam rangka hadir untuk merayakan kembali 55 tahun Konferensi Asia Afrika,” ujar Farhan.
Padahal bila mengacu pada catatan sejarah, salah satunya menurut Buku Bandung Connection karya Ruslan Abdul Ghani, tercatat bahwa Konferensi Asia Afrika terjadi pada tahun 1955. Artinya perayaan KAA tahun ini seharusnya menjadi perayaan ke-70 tahun.
Blunder itu sontak menuai sorotan banyak pihak, pasalnya Farhan merupakan pendamping 17 Duta Besar dalam Historical Walk tersebut. Selain itu Kota Bandung sendiri merupakan kota yang menjadi tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.
Banyak pihak juga yang menyangkan blunder tersebut. Karena mencerminkan kurangnya perhatian terhadap sejarah penting Kota Bandung.
Padahal sekelas Sekertaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman saja, menyebut bahwa Historical Walk ini dilakukan dalam rangka memperingati Konferensi Asia Afrika ke-70 tahun.
“Jadi peringatan Konferensi Asia Afrika ke-70 kita laksanakan dengan secara sederhana tapi penuh makna. Makanya salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah Historical Walk, perjalanan historis dari sini (Hotel Savoy Homan) ke Gedung Merdeka bersama duta besar negara Uni Afrika,” ungkap Herman saat ditemui di Hotel Savoy Homan Bandung, Rabu (23/4/2025).
“Mudah-mudahan mengenang kembali ini sembari mengambil spiritnya, bukan hanya sebatas mengenang, yang harus kita jaga adalah spiritnya Bandung atau Bandung spirit harus tetap menyala,” tandasnya.
Meski demikian, dalam Historical Walk tersebut Farhan mengatakan bahwa agenda itu menjadi waktu yang tepat untuk mendapat masukan dari 17 Duta besar terkait fasilitas peringatan Konferensi Asia Afrika yang ada di Kota Bandung.
“Sambil koreksi sedikit-sedikit karena ada beberapa negara Afrika yang benderanya sudah mesti ganti. Jadi masukan dari mereka sangat berharga untuk kami dan dibantu oleh museum yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia dan juga Gedung Merdeka,” tambahnya.
Menurutnya, berbagai fasilitas tersebut menjadi edukasi tersendiri bagi masyarakat terkait Konferensi Asia Afrika sebagai peristiwa besar dalam sejarah Indonesia. Farhan berharap agar nuansa dan edukasi KAA ini bisa juga tersebar ke seluruh Indonesia.
“Konferensi Asia Afrika atau Bintang Merdeka adalah momentum bagi kita agar mereka mengenal tidak hanya patung, tapi nanti momen ini akan kita coba kembangkan ke daerah lain di Indonesia, karena juga ada memorable,” ungkap Farhan.
“Memori-memori mereka yang juga Ada di daerah lain, tidak hanya di Bandung, tetapi kita mulai dari Memori mereka terhadap Kota Bandung siapa inisiatornya,” pungkasnya.
Pewarta: Yoga